#Post Title #Post Title #Post Title
Kamis, 15 Agustus 2013

"Ratchanok Inthanon" remaja yang.....

Dimulai di pabrik makanan penutup (dessert) di Bangkok 11 tahun yang lalu . Ratchanok kecil harus berada di sekitar orang tuanya yang bekerja membuat thong yod, makanan penutup (dessert) tradisional Thialand yang terbuat dari kuning telur dan gula. Di pabrik ini sangat berbahaya bagi anak-anak termasuk Ratchanok. Karena karamel yang panas, gas dan api.

Pemilik pabrik, Kamala Thongkorn percaya, satu-satunya jalan agar tidak terjadi insiden pada anak-anak dengan memindahkan mereka ke daerah yang lebih aman. Jadi mereka dikirim ke van bersama pemain bulu tangkis pemula di Banthongyord Badminton School, yang juga ia kelola.

Sejak itu, sekolah tersebut menjadi sekolah terkemuka dalam hal bulu tangkis di Thailand. Muncullah dua nama besar di level internasional, Poodchalat Pisit sebagai peraih medali emas junior 2010 dan tiga kali juara dunia junior, Ratchanok Inthanon.

"Beberapa pemain bulu tangkis adalah anak pekerjadi pabrik saya. Saya melihatmereka bermain di sekitar orang tua mereka yang sedang bekerja dan saya takut akan terjadi kecelakaan. Sejak saat itu, kami menyiapkan alat dan mengirim mereka ke lapangan" kata Kamala, yang dikenal oleh pemain-pemain bulu tangkis sebagai "Mae Puk".

Dengan perannya, Kamala telah membuat masa depan anak- anak menjadi lebih baik, terutama Ratchanok yang sebelumnya hidup di lingkungan yang berbahaya bagi anak-anak dan kini telah menjadi ikon bulu tangkis nasional.  "Jika seperti kehidupan anak-anak lain, dia akan tetap menjadi gadis desa biasa jika tidak diberi kesempatan." kata Kamala yang memulai sekolah ini 20 tahun lalu dan pada 2004 direnovasi yang  membutuhkan dana 100 juta bath (sekitar 300 juta rupiah kala ini).

Peserta atau pelajar di sekolah ini harus membayar untuk mendapatkan pelatihan, sedangkan Ratchanok gratis dalam berlatih bulu tangkis. Lima tahun yang bakal mengubah
jalan hidupnya. "Saya suka pergi ke lapangan (arena). Karena di sana saya bisa mendapat banyak teman." kata Ratchanok yang juga sering dipanggil "May". Dia selalu berlatih paling kelas dan paling berbakat di kelompoknya.  Walaupun, pelatih pertamanya, Xie Zhihua tidak setuju.

"Tidak ada hal seperti berbakat pada dirinya, hanya bekerja keras. Tidak ada yang bisa berlatih 365 hari penuh selama setahun. Dia (Ratchanok) berlatih setiap hari, singkat atau lama" kata Xie.

Tidak butuh waktu nama untuk memasukkan namanya ke lingkungan olahraga tersebut. Setelah setahun, dia (Ratchanok) memenangkan sebuah even di Udon Thani pada usia enam tahun dan masuk kategori U-9. Seorang gadis yang belum waktunya tetapi sudah menjuarai kelas di atasnya.

"Kadang-kadang dia datang dengan pukulan tak terduga," kata Mae Puk yang menyebutnya sebagai pemain langka. Juara Dunia Junior sejak 2009. Dia memenangkan gelar ini tiga kali berturut-turut, yang pertama pada usia 14 tahun, membuatnya pemenang termuda dalam sejarah Thailand.

Baru-baru ini seluruh bangsa mengakui kehebatan Ratchanok yang bertanding di perempat final Olimpiade melawan peringkat dunia No 2 Wang Xin dari Cina. Masih 17 tahun dan sudah menunjukkan permainan kelas dunia. Menang di set pertama dan hanya tinggal meraih 5 angka di set kedua untuk meraih kemenangan terbesarnya sepanjang sejarah, Ratchanok akhirnya gagal karena menyia-nyiakan memimpin dan kurangnya pengalaman.

"Kekalahan yang masih menghantui saya. Saya sangat dekat dengan kemenangan. Itu memalukan karena kenginginan saya untuk menang saya lakukan dengan permainan yang buruk," kenang Ratchanok, yang ternyata masih kesal setiap kali ia teringat pertandingan itu. Ratchanok belum menemukan hiburan setelah ia kembali ke rumahnya. Ia ditawari jutaan Baht untuk tampil di Super Liga China untuk tiga bulan. Dia tidak hanya menerima bayaran terbesar sepanjang karirnya, tetapi juga berkesampatan mengasah kemampuan karena bermain melawan pemain-pemain top di negara tersebut.

Saat ini, ia peringkat 10 dunia dan berjanji akan kembali ke Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brazil untuk mengejar impiannya.


"Saya sampai di perempat final di Olimpiade pertama saya. Dan saya akan membawa medali emas pulang ke rumah untuk saya persembahkan ke para fans di Thailand. Jika tidak terpenuhi, masih ada 2020 dan Olimpiade berikutnya" Ratchanok, remaja yang sangat kuat dan penuh ambisi.
[ Read More ]